Minggu, 14 Oktober 2012

persamaan dan perbedaan taksonomi bloom dengan ki hajar dewantara

BAB I
PEMBAHASAN

A.    PERSAMAAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI BLOOM.
a.      Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara :
Pendidikan harus di titik beratkan pada jati diri manusia sendiri dan penilaian keberhasilan terhadap pendidikannya bukan dari konsep atau hasil yang telah dicapai, tetapi keberhasilan pengembangan jati diri adalah sampai di mana dia berhasil menguasai hasil jerih payahnya dan bukan hasil jerih payahnya yang menguasai manusia itu sendiri.  Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.
Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh dan berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuh kembangkan pada diri peserta didik. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologisnya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, rasa dan karsa. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi. Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Dan peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”. Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator), dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait), segi administrasi sebagai guru, dan sikap profesionalitasnya.

b.      Konsep Taksonomi Bloom :
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti  misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan           kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama. Taksonomi Bloom membantu Guru dalam beberapa hal, yaitu :
·         Memahami secara utuh tujuan mereka (baik yang mereka pilih untuk mereka sendiri maupun yang diberikan kepada mereka) : yaitu dapat membantu mrenjawab pertanyaan, “learning question” (apa yang penting dipelajari siswa…)
·         Membuat keputusan yang baik, bagaimana mengajar dan menilai siswa dalam batas-batas tujuan yang ditetapkan : yaitu tabel dapat membantu menjawab “instruction question” dan “assessment quention
·         Menentukan seberapa baik objektif, penilaian dan kegiatan instruksional, cocok/ layak keseluruhan : yaitu menjawab pertanyaan “aligment question
 Dimensi pengetahuan menurut Bloom :
·         Pengetahuan Faktual :
1.      Pengetahuan istilah
2.      Pengetahuan spesifik
·         Pengetahuan Konseptual :
1.      Pengetahuan klasifikasi dan kategori
2.      Prinsip-prinsip dan generalisasi
3.      Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
·         Pengetahuan prosedural :
1.      Pengetahuan tentang keterampilan spesifik dan algoritma
2.      Pengetahuan tentang teknik dan metode spesifik subjek
3.      Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yang tepat
·         Pengetahuan metakognitif :
1.      Pengetahuan strategis
2.      Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif (pengetahuan konseptual dan tradisional yang tepat)
3.      Pengetahuan tentang diri sendiri
           
B.     PERBEDAAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI BLOOM.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: Ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah  penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
a.      Taksonomi Ki Hajar Dewantara (Cipta-Rasa-Karsa)
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari 3 hal yaitu Cipta, Rasa dan Karsa. Cipta adalah kesadaran manusia untuk menyadari adanya hidup itu sendiri. Daya cipta merupaka anugrah besar yang diberikan kepada Manusia. Dengan adanya unsur Cipta, manusia bisa menyadari adanya Sang Pencipta. Adanya kita karena adanya Sang Pencipta yang Abadi dialah Allah AR-Rahman AR-Rahim. Dengan Keberadaan-Nya lah, kita diberi Anugrah untuk bisa merasakan, dan merasakan semua yang ada. Rasa adalah mediator atau sarana kita mengenal Sang Maha Kekal atau yang selalu ada tidak berawal dan berakhir. Dan semua Manusia tidak pernah lepas dari Rasa. Karena adanya Rasa, timbulah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa yaitu Karsa. Maksud Karsa adalah dalam bentuk keinginan yang diaplikasikan. Banyak orang tua jawa mengatakan ketika kita bisa menyelaraskan 3 komponen diatas, kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan. Kita bisa merasakan Kebesaran Tuhan. Secara Fisik, kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh manusia. Untuk Cipta berada di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan Karsa terletak di perut manusia. Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di dada, karena Rasa merupakan manifestasi dari Hati.

b.      Taksonomi Bloom
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domainyaitu :
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.


Domain Kognitif :
a.      Remember (mengingat)
Yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang. Diantaranya recognizing (mengenali), recalling (mengingat kembali).
b.      Understanding (memahami)
Yaitu mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk   komunikasi lisan, tulisan, dan drafts.
Diantaranya interpreting (menginterprestasikan), exemplifying (memberi contoh), classifying (mengklasifikasikan), merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
c.       Apply (menerapkan)
Yaitu melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu.
Diantaranya melaksanakan, dan mengimplementasikan.
d.      Analyze (menganalisis)
Yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud keseluruhan.
Diantaranya mendiferensiasikan, mengorganisasikan, dan mengatribusikan.
e.       Evaluate (mengevaluasi)
Yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Diantaranya mengecek dan mengkritik.
f.        Create (menciptakan)
Yaitu meletakkan setiap unsur bersama-sama untuk membentuk fungsi atau sesuatu yang saling bertalian, mereorganisasi unsur-unsur ke dalam pola yang baru atau struktur yang baru. Diantaranya membangun, merencanakan, dan memproduksi.


2.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Domain Afektif :
a.       Penerimaan (Receiving/Attending)
Yaitu Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b.       Tanggapan (Responding)
Yaitu Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya sebagai hasil pengalaman. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c.        Penghargaan (Valuing)
Yaitu Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d.       Pengorganisasian (Organization)
Yaitu Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e.        Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value)
Yaitu Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.







3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan mulai dari gerakan meniru sampai melakukan tindakan secara alami yang mengkomunikasikan berbagai ide dan emosi kepada orang lain.
Domain Psikomotorik :
a.       Meniru (imitation)
b.      Menyusun (manipulating)
c.       Melakukukan dengan dengan prosedur (precision)
d.      Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
e.       Melakukan tindakan secara alami (naturalization)


















DAFTAR PUSTAKA

http://www.psychologymania.com/2011/09/taksonomi-bloom-dalam-aplikasi-di-dunia.html
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantoro-dan-fukuzawa-yukichi/
http://april76.wordpress.com/


persamaan dan perbedaan taksonomi bloom dengan ki hajar dewantara



BAB I
PEMBAHASAN

A.    PERSAMAAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI BLOOM.
a.      Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara :
Pendidikan harus di titik beratkan pada jati diri manusia sendiri dan penilaian keberhasilan terhadap pendidikannya bukan dari konsep atau hasil yang telah dicapai, tetapi keberhasilan pengembangan jati diri adalah sampai di mana dia berhasil menguasai hasil jerih payahnya dan bukan hasil jerih payahnya yang menguasai manusia itu sendiri.  Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.
Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh dan berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuh kembangkan pada diri peserta didik. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologisnya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, rasa dan karsa. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi. Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Dan peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”. Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator), dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait), segi administrasi sebagai guru, dan sikap profesionalitasnya.

b.      Konsep Taksonomi Bloom :
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti  misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan           kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama. Taksonomi Bloom membantu Guru dalam beberapa hal, yaitu :
·         Memahami secara utuh tujuan mereka (baik yang mereka pilih untuk mereka sendiri maupun yang diberikan kepada mereka) : yaitu dapat membantu mrenjawab pertanyaan, “learning question” (apa yang penting dipelajari siswa…)
·         Membuat keputusan yang baik, bagaimana mengajar dan menilai siswa dalam batas-batas tujuan yang ditetapkan : yaitu tabel dapat membantu menjawab “instruction question” dan “assessment quention
·         Menentukan seberapa baik objektif, penilaian dan kegiatan instruksional, cocok/ layak keseluruhan : yaitu menjawab pertanyaan “aligment question
 Dimensi pengetahuan menurut Bloom :
·         Pengetahuan Faktual :
1.      Pengetahuan istilah
2.      Pengetahuan spesifik
·         Pengetahuan Konseptual :
1.      Pengetahuan klasifikasi dan kategori
2.      Prinsip-prinsip dan generalisasi
3.      Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
·         Pengetahuan prosedural :
1.      Pengetahuan tentang keterampilan spesifik dan algoritma
2.      Pengetahuan tentang teknik dan metode spesifik subjek
3.      Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yang tepat
·         Pengetahuan metakognitif :
1.      Pengetahuan strategis
2.      Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif (pengetahuan konseptual dan tradisional yang tepat)
3.      Pengetahuan tentang diri sendiri
           
B.     PERBEDAAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI BLOOM.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: Ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah  penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
a.      Taksonomi Ki Hajar Dewantara (Cipta-Rasa-Karsa)
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari 3 hal yaitu Cipta, Rasa dan Karsa. Cipta adalah kesadaran manusia untuk menyadari adanya hidup itu sendiri. Daya cipta merupaka anugrah besar yang diberikan kepada Manusia. Dengan adanya unsur Cipta, manusia bisa menyadari adanya Sang Pencipta. Adanya kita karena adanya Sang Pencipta yang Abadi dialah Allah AR-Rahman AR-Rahim. Dengan Keberadaan-Nya lah, kita diberi Anugrah untuk bisa merasakan, dan merasakan semua yang ada. Rasa adalah mediator atau sarana kita mengenal Sang Maha Kekal atau yang selalu ada tidak berawal dan berakhir. Dan semua Manusia tidak pernah lepas dari Rasa. Karena adanya Rasa, timbulah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa yaitu Karsa. Maksud Karsa adalah dalam bentuk keinginan yang diaplikasikan. Banyak orang tua jawa mengatakan ketika kita bisa menyelaraskan 3 komponen diatas, kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan. Kita bisa merasakan Kebesaran Tuhan. Secara Fisik, kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh manusia. Untuk Cipta berada di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan Karsa terletak di perut manusia. Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di dada, karena Rasa merupakan manifestasi dari Hati.

b.      Taksonomi Bloom
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domainyaitu :
1.      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.


Domain Kognitif :
a.      Remember (mengingat)
Yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang. Diantaranya recognizing (mengenali), recalling (mengingat kembali).
b.      Understanding (memahami)
Yaitu mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk   komunikasi lisan, tulisan, dan drafts.
Diantaranya interpreting (menginterprestasikan), exemplifying (memberi contoh), classifying (mengklasifikasikan), merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
c.       Apply (menerapkan)
Yaitu melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu.
Diantaranya melaksanakan, dan mengimplementasikan.
d.      Analyze (menganalisis)
Yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud keseluruhan.
Diantaranya mendiferensiasikan, mengorganisasikan, dan mengatribusikan.
e.       Evaluate (mengevaluasi)
Yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Diantaranya mengecek dan mengkritik.
f.        Create (menciptakan)
Yaitu meletakkan setiap unsur bersama-sama untuk membentuk fungsi atau sesuatu yang saling bertalian, mereorganisasi unsur-unsur ke dalam pola yang baru atau struktur yang baru. Diantaranya membangun, merencanakan, dan memproduksi.


2.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Domain Afektif :
a.       Penerimaan (Receiving/Attending)
Yaitu Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b.       Tanggapan (Responding)
Yaitu Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya sebagai hasil pengalaman. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c.        Penghargaan (Valuing)
Yaitu Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d.       Pengorganisasian (Organization)
Yaitu Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e.        Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value)
Yaitu Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.







3.      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan mulai dari gerakan meniru sampai melakukan tindakan secara alami yang mengkomunikasikan berbagai ide dan emosi kepada orang lain.
Domain Psikomotorik :
a.       Meniru (imitation)
b.      Menyusun (manipulating)
c.       Melakukukan dengan dengan prosedur (precision)
d.      Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
e.       Melakukan tindakan secara alami (naturalization)


















DAFTAR PUSTAKA

http://www.psychologymania.com/2011/09/taksonomi-bloom-dalam-aplikasi-di-dunia.html
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantoro-dan-fukuzawa-yukichi/
http://april76.wordpress.com/